Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Harus Tangguh Bencana
Indonesia merupakan negara ring of fire yang sering terjadi bencana dimanapun dan kapanpun dapat terjadi, baik bencana alam atau bencana non alam. Dalam bencana tersebut pasti menimbulkan dampak dan kerugian yang sangat besar tergantung bencana apa yang akan datang. Maka perlu kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana yang datang. Anak-anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap bencana, mengapa demikian? Karena anakanak dianggap memiliki keterbatasan soal penanggulangan bencana (Indriasri, 2016). Kegiatan kesiapsiagaan mungkin sudah sejak dahulu diterapkan di dalam masyarakat tetapi tidak kalah pentingnya kesiapsiagaan diterapkan di dunia pendidikan. Penerapan kesiapsiagaan di dunia pendidikan bertujuan agar anak-anak dapat mengetahui cara-cara atau strategi ketika datangnya suatu bencana, sehingga anak-anak tersebut memiliki kefahaman dalam hal menanggulangi bencana. Cara atau strategi yang diambil juga tidak sembarangan, harus memperhatikan pihak-pihak yang bersangkutan, seperti anak berkebutuhan khusus (ABK) mereka juga butuh penanganan khusus dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana sehingga menjadi siswa yang tangguh terhadap bencana (Hidayat, 2020). Anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap bencana. Jika suatu bencana datang, secara spontan maka kita akan menyelamatkan diri dari bencana tersebut begitu juga dengan anak berkebutuhan khusus mereka juga perlu dibekali ilmu mengenai tindakan untuk menyelamatkan diri dari bencana. Tindakan menyelamatkan diri tersebut dinamakan mitigasi (Rinanda, 2013). Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya untuk mengurangi risiko bencana bagi anak berkebutuhan khusus sangatlah diperlukan guna meminimalisir dampak yang diakibatkan oleh bencana yang datang. Mitigasi bencana yang dapat diterapkan pada anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah seperti memberikan sosialisasi kepada anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) mengenai bencanabencana yang datang sampai pada dampak dan cara mengatasinya, lalu bisa dilakukan simulasi kelompok kecil guna dapat mempraktikkan secara langsung cara menanggulangi bencana sehingga anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak panik saat bencana datang. Setelah itu anak kebutuhan khusus (ABK) diberikan buku pengembangan atau kesiapsiagaan khusus agar lebih siap lagi dalam menghadapi bencana sehingga dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Selain anak berkebutuhan khusus (ABK) lembaga-lembaga pendidikan juga harus menerapkan atau membentuk sekolah yang aman bencana sehingga anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak dipandang sebelah mata saja dalam kegiatan kebencanaan, maka kita harus membuat anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut menjadi tangguh terhadap bencana.
Hidayat, L. (2020). Pengembangan Buku Kesiapsiagaan Bencana Untuk Sekolah Inklusi (HAsil Analisis Sekolah Ramah Anak di Sleman Yogyakarta). Elementary School 7, 7(1), 58–68. https://doi.org/https://doi.org/10.31316/esjurnal.v7i1.480 Indriasri, N. F. (2016). PENGARUH PELATIHAN SIAGA BENC