Pemahaman Berinteraksi dengan Penyandang Disabilitas

Pemberian materi pemahaman berinteraksi dengan penyandang disabilitas kepada Mahasiswa UMS

Sebagai sesama makhluk sosial, sudah seharusnya kita saling memahami dengan saudara-saudara kita yang menyandang disabilitas. Konteks saling memahami di sini adalah kita lah yang harus belajar etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas.

 

APA ITU DISABILITAS?

Sebelum memahami saudara-saudara disabilitas kita, ada baiknya jika kita mengenal lebih dulu mengenai disabilitas. Buat kamu yang belum paham, disabilitas adalah keterbatasan diri yang bersifat fisik, kognitif, sensorik, emosional, perkembangan, atau kombinasi dari beberapa sifat tersebut.

Secara luas, disabilitas dibedakan menjadi dua jenis, yakni disabilitas fisik dan disabilitas mental. Adapun disabilitas fisik meliputi tunanetra (tidak bisa melihat / buta), tuna rungu (tidak bisa mendengar / tuli), tuna wicara (tidak bisa berbicara / bisu), tuna daksa (cacat tubuh), dan tunalaras (cacar suara dan nada).

Selain disabilitas fisik, ada juga disabilitas mental yang terdiri dari tunalaras (kesulitan mengendalikan emosi dan sosial), tunagrahita (cacat pikiran atau lemah daya tangkap), dan tunaganda yang bisa merupakan kombinasi dari disabilitas fisik dan mental alias menderita lebih dari satu kecacatan).

 

Berikut hal beberapa hal soal etika yang mesti dipahami ketika berinteraksi dengan penyandang disabilitas.

Gunakan kata yang sesuai

Pertama, gunakan kata penyandang disabilitas atau difabel. Hal ini mengacu pada UU No.8/2016 sebaiknya gunakan kata penyandang disabilitas atau difabel yang lebih mengedepankan adanya perbedaan dari segi kemampuan.

Untuk macam-macam disabilitas bisa terlihat dari segi perbedaan kemampuan secara fisik, sensorik, mental, dan intelektual. Hindari dengan menyebut istilah yang mungkin dapat membuat tersinggung seperti cacat, tidak sehat, tidak normal, atau orang yang berkekurangan.

 

Pakai terminologi non disabilitas atau non difabel untuk orang yang bukan penyandang

Sebaliknya untuk orang yang bukan penyandang disabilitas bisa memakai terminologi non disabilitas dan non difabel. Hindari pemakaian istilah kata orang sehat, orang normal, dan orang tidak berkekurangan bagi orang lain di sekitar yang bukan penyandang disabilitas.

 

 Perhatikan posisi mata ketika bertatapan

Ketika Anda melakukan pembicaraan atau berinteraksi secara langsung pada orang penyandang disabilitas jangan lupa untuk memperhatikan posisi mata. Ketika berbicara pastikan posisi mata sejajar sehingga dapat melakukan interaksi dengan nyaman satu sama lain.

 

Tanya dulu sebelum membantu

Tak sedikit orang punya inisiatif untuk membantu ketika melihat orang penyandang disabilitas sedang melakukan sesuatu. Jika hendak membantu, harusnya ajukan pertanyaan dulu apakah yang berkaitan butuh bantuan atau tidak.

 

Jauhi pertanyaan sensitif

Banyak orang punya rasa penasaran mengapa orang lain bisa jadi penyandang disabilitas atau difabel. Namun, sebaiknya hindari mengajukan pertanyaan sensitif kecuali butuh seperti untuk asesmen atau lewat persetujuan.

 

Hindari kalimat yang terkesan bisa menyindir

Banyak orang yang menganggap jika penyandang disabilitas juga mampu punya segudang prestasi. Perlu dipahami, jika prestasi itu milik semua orang dan bukan cum untuk non disabilitas saja.

Pahami beberapa hal itu ketika berinteraksi dengan kawan difabel, jangan sampai lupa etika agar tidak menyinggung.

02 Jun 2023 - 11:16:03,