PENDIDIKAN INKLUSI DALAM PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Anak berkebutuhan khusus diartikan individu-individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu individu lain yang di pandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Untuk anak berkebutuhan khusus pada umumya menunjukan karakteristik fisik,intelektual dan emosialnya lebih rendah maupun lebih tinggi dari anak anak normal pada umumnya. Pandemi Covid-19 memberikan dampak bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Bukan saja rentan terkena Covid-19 yang kian meluas. Kini anak-anak berkebutuhan khusun rentan pula mengalami degradasi atau penurunan pendidikan akibat belum maksimalnya proses pembelajaran jarak jauh ( Daring ) yang dilakukan pemerintah di tengah pandemi.
Pembelajaran anak-anak berkebutuhan kini sedang mendapatkan sorotan. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) rentan mendapatkan degradasi atau kemuduran pembelajaran. Ini diakibatkan karena dalam pembelajaranya anak-anak berkebutuhan khusus membutuhan pendampingan oleh guru pendamping khsusus (GPK). Kini para GPK tidak bisa bertemu atau bertatap muka dengan anak-anak yang biasa mereka dampingi. Anak-anak berkebutuhan khusus kini kehilangan waktu belajarnya, kehilangan interaksi baik dengan guru pendamping khusus juga dengan teman sepermainan, kehilangan sentuhan dan bimbingan intensif dari GPK. Hal ini akan berdampak serius bagi anak-anak ABK jika tidak segera ditemukan solusi terbaiknya.
Berdasarkan hasil survei nasional yang melibatkan 142 sekolah luar biasa (SLB) yang dilakukan Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKHI), guru SLB dan guru pedamping khusus (GPK) di sekolah kesulitan dalam memilih media belajar yang sesuai dengan anak berkebutuhan khusus. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan, terlebih pandemi covid-19 belum bisa diprediksi kapan akan berakhir. Jika tidak segera menemukan alternatif pembelajaran, maka akan selama itu pula proses pembelajaran bagi anak-anak berkebutuhan khusus akan terhenti.
Ketua Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKHI), Munawir Yusuf dalam sebuah kesempatan mengusulkan agar ada kemungkinan anak berkebutuhan khusus diizinkan kembali bertemu dengan gurunya secara bertahap. Menurutnya hal ini penting agar anak berkebutuhan khusus tidak kehilangan minat untuk belajar dan kembali ke sekolah kembali. Lanjutnya, guru-guru juga perlu diizinkan melakukan pembelajaran langsung ke rumah-rumah siswa berkebutuhan khusus. Ia menyebutkan selama ini para guru tidak berani mengambil langkah karena belum ada ketentuan yang mengaturnya.
Dalam menyikapi hal ini, seharusnya pemerintah segera menyusun metode pembelajaran yang sesuai untuk anak-anak berkebutuhan khusus ditengah pandemi. Langkah ini dinilai sangat dibutuhkan untuk menjawab kekhawatiran baik dari pihak sekolah, guru dan orang tua tentang masa depan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut sangat penting di karenakan pada saat ini tidak terjadi kemunduran pembelajaran pada anak-anak sehingga tetap terjadinya kestbilitasan pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus sehingga tidak mengkhawatirkan orang tua siswa dalam pemberian pembelajaran pada anaknya untuk tetap belajar.