Masalah Perkembangan Anak Autis

Jika dilihat sepintas, sebuah anak penyandang autis tidak berbeda dengan anak yang lainnya. Namun jika dia berinteraksi maka akan dapat terlihat keunikannya. Kebanyakan sebuah anak penyandang autis itu, walaupun tidak bisu, namun terlambat dalam berbicara. Walaupun tidak tuli, tapi tidak biasa mendengar. Walaupun tidak suka bertatap mata, namun tetap melihat. Jadi autis itu bukan sebuah penyakit namun berupa gangguan perkembangan. Autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan fungsi otak yang begitu kompleks serta sangat bervariasi. Kebanyakan gangguan perkembangan ini seperti cara berkomunikasi, berinteraksi sosial, serta kemampuan berimajinasi. Sengaja autisme disebut sebagai sebuah penyandang bukan suatu penderita dikarenakan autis dipercaya merupakan bukan suatu penyakit. Perlu diketahui autis itu adalah suatu spektrum autis. Karena suatu spektrum maka jenis autis itu terdapat berbagai macam, yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai autis yang sangat berat, berat, agak berat, ringan, agak ringan serta sangat ringan. Pada istilah berat/parah dapat membuat orangtua merasa frustasi dan jika dikatakan ringan orang tua akan merasa senang. Namun pada kenyataanya baik itu ringan ataupun berat, seorang penyandang autis akan sulit untuk mandiri serta hidup secara normal. Hal tersebut yang akan membuat orangtua akan merasakan terpukul disaat mendengar anaknya positif autistik. Dan juga kesadaran masyrakat kita untuk dapat menerima perbedaan juga masih kurang. Sekolahpun belum tentu mau untuk menerima anak-anak penyandang autis dengan tangan yang terbuka. Untuk itu dapat dibayangkan perjuangan yang harus dilalui orang tuanya. Jadi autis termasuk sebuah masalah yang serius dalam pengembangan kepribadian seseorang.

Gejala yang dapat terlihat pada seorang penyandang autis begitu beragam. Penyandang autis seperti mempunyai dunia sendiri. Terdapat tiga masalah utama penyandang autis yaitu di aspek sosial, penyandang autis sulit untuk dapat mengingat namnya sendiri, sangat tidak suka bertatap mata dengan orang lain serta seringkali menyendiri. Diaspek kemampuan berbahasa penyangdang autis lebih telat dapat berbicara, berbicara dengan tidak jelas, dapat mengucapkan suatu kata namun ia tidak tau akan maknanya. Diaspek perilaku penyandang autis lebih suka mengerjakan gerakan berulang. Untuk itu penyandang autis lebih tidak peduli dengan sekitarnya, mereka lebih cenderung mengucilkan diri serta tidak tersentuh. Pada dasarnya autisme merupakan sebuah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kelainan yag paling menonjol dari penyandang autis seperti sangat sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, dalan bermain tidak secara spontan serta tidak dapat berimajinasi, terdapat yang sangat pendiam namun ada juga yang hyperaktif, marah-marah dengan tidak masuk akal, sangat agresif pada benda yang telah disukai. Penyandang autis dapat disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, sebuah vaksin yang mengandung merkuri serta thimerosal, dan kombinasi makanan yang salah.

Jika telah didiagnosis menderita autisme, untuk itu carilah suatu program khusus utnuk mendapatkan terapi autisme. Terdapat 10 terapi untuk penyandang autis supaya ia berangsur-angsur mengembangkan kemampuannya, seperti terapi ABA, sebuah terapi yang paling sering digunakan, dengan memberikan pelatihan khusus. Terapi bicara, untuk dapat mengoptimalkan dalam kemampuan berbicara. Terapi okupasi, dilakukan supaya ia bisa menggunakan kemampuan motoriknya dengan sesuai. Terapi fisik, dapat menguatkan otot serta memperbaiki keseimbangan tubuh. Terapi sosial, supaya ia dapat bergaul serta meningkatkan berbagai hubungan sosial. Terapi bermain, bermain dengan teman dapat bermanfaat untuk melatih dalam berkomunikasi serta interaksi. Terapi perilaku, untuk mencari latar belakang diri. Terapi perkembangan, akan mengajarkan keterampilan yang lebih spesifik. Terapi visual, untuk mengembangkan suatu metode belajar komunikasi yang melalui gambar. Terapi biomedika, mereka lebih banyak melakukan riset serta menemukan gejala penyandang autis diperparah oleh gangguan metabolisme yang menganggu fungsi otak

29 Mar 2021 - 10:39:16, KUSNUL KHOTIMAH (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta)