Lewat Website, BPBD Klaten Bikin Difabel Makin Mandiri Hadapi Bencana
Solopos.com, KLATEN — Setyo Widodo yang akrab disapa Dodo mengenalkan laman internet Edifa.id kepada ratusan difabel yang berkumpul di selter pengungsian Desa Kebondalemlor, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jateng, Kamis (13/2/2020).
Laman yang dibikin Unit Layanan Disabilitas (ULD) Penanggulangan Bencana BPBD Klaten itu menjadi media pembelajaran mitigasi bencana secara online terutama bagi para difabel.
Secara rinci, Dodo yang menjabat sebagai Ketua ULD PB BPBD Klaten tersebut menjelaskan fitur yang ada dalam laman Edifa.id. Pada laman itu, ada fitur yang disiapkan untuk memfasilitasi difabel dengan kondisi disabilitas tuna rungu serta tuna netra.
“Dalam website ini ada e-learning yang bisa digunakan untuk bahan belajar mitigasi bencana bagi teman-teman untuk meningkatkan kapasitas sehingga mandiri ketika terjadi bencana,” kata Dodo.
Penjelasan Dodo dilihat serta didengar secara serius para difabel dengan kondisi disabilitas beragam dari penyandang tuna daksa, tuna rungu, hingga tuna netra. Dodo dibantu penerjemah bahasa isyarat untuk menjelaskan paparannya kepada para penyandang tuna rungu.
Dodo memaparkan Edifa.id dibikin fleksibel agar bisa diakses difabel dengan berbagai macam kondisi disabilitas.
“Satu hal yang menjadi kendala untuk teman-teman itu mendapatkan arus informasi terkait materi kebencanaan untuk difabel yang masih minim. Melalui Edifa.id ini, difabel bisa menerima informasi mitigasi secara cepat melalui ponsel mereka. Saat ini sudah banyak difabel yang memiliki ponsel berbasis Android,” jelas Dodo.
Paparan tentang laman edukasi mitigasi bencana secara online bagi difabel itu mengawali kegiatan jambore ULD Penanggulangan Bencana se Jawa Tengah-DIY. Kegiatan itu diikuti 250 difabel dari 19 kabupaten di Jateng dan DIY.
Ratusan difabel itu selama ini merupakan para sukarelawan kebencanaan dari unsur disabilitas di wilayah masing-masing. “Jambore ini menjadi media untuk saling berbagi kegiatan apa saja yang sudah dilakukan ULD di 19 kabupaten. Dari kegiatan ini diharapkan bisa saling melengkapi dan belajar bersama. Kegiatan ini dalam rangka menguatkan PRB [pengurangan risiko bencana] inklusi,” kata Dodo.
Dodo mengatakan jambore digelar dengan model diskusi. Para peserta dibagi dalam empat kelas yakni pengajian kebutuhan pascabencana (Jitupasna), dapur umum, PRB inklusi disabilitas, hingga pendampingan psikososial.
Dengan pembagian pada empat kelas itu, kapasitas para sukarelawan difabel diharapkan kian meningkat hingga mereka bisa terlibat langsung dan mandiri membantu difabel yang menjadi korban bencana.
Sekretaris BPBD Klaten, Nur Tjahjono Suharto, mengatakan jambore ULD penanggulangan bencana itu menjadi kegiatan perdana yang ada di Indonesia. Kegiatan itu dilatarbelakangi perkembangan ULD yang belakangan menggeliat di Indonesia terutama di Jateng.
Nur mengatakan ULD Penanggulangan Bencana BPBD Klaten menjadi ULD pertama yang dibentuk di Indonesia. ULD Penanggulangan Bencana BPBD Klaten dibentuk pada 2017 silam.
“Dalam perkembangannya, Klaten mampu memfasilitasi ULD di wilayah lain seperti Grobogan, Solo, Wonogiri, Sragen, NTT, hingga Maumere. Timor Leste pernah studi banding ke ULD Klaten. Jambore ini menjadi media untuk saling tukar menukar informasi kegiatan dan bisa membuka klaster baru untuk mitigasi bencana. Kami berharap gaung ini bisa menasional,” jelasnya.
Nur juga mengatakan Edifa.id yang dibikin ULD Penanggulangan Bencana BPBD Klaten menjadi media edukasi online pertama tentang mitigasi bencana khusus untuk difabel.
“Apa pun kondisi disabilitas, teman-teman difabel bisa mengakses. Untuk tuna rungu melalui teks sementara tuna netra melalui audio yang ada di laman tersebut,” kata Nur.
Salah satu peserta jambore asal Kabupaten Sukoharjo, Eko Istanto, 40, mengaku baru kali pertama mengikuti kegiatan yang mengumpulkan ULD dari berbagai daerah.
“Yang menjadi menarik di sini ketika kami bisa saling bertukar informasi terutama saat nanti dibagi dalam kelas-kelas. Harapan saya ada jambore yang lebih besar lagi dengan cakupan ULD lebih luas,” kata Eko.